Pidato tentang Memperingati Hari Kartini

Yang saya hormati Bpk/Ibu Guru SDN Sidolaju 5 beserta penjaga, yang saya hormati Ibu-ibu Guru PAUD TK Dharma Wanita Sidolaju 3, Yang saya banggakan para siswa-siswi SDN Sidolaju 5 mulai Kelas I sampai dengan kelas VI dan siswa-siswa TK/PAUD.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Rasa syukur terhadap kebesaran Tuhan semesta alam, Allah Subhanallahuwataala. Senantiasa kita haturkan melalui lisan maupun perbuatan atas nikmat dan karunianya yang selalu dilimpahkan kepada kita semua.

Shalawat serta salam selalu kita sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad Salallahualaihiwasalam, semoga kita selalu mendapat syafaatnya pada hari kiamat nanti.

Anak-anakku semuanya yang saya banggakan. Berbahagia sekali pada kesempatan pagi ini, 21 April 2018 kita semua berkumpul melaksanakan upacara dengan nuansa yang berbeda dengan hari-hari biasa. Karena upacara saat ini dalam rangka memperingati Hari Kartini. Tanggal tersebut merupakan hari kelahiran sang pahlawan emansipasi wanita, yang memperjuangkan derajat kaum wanita sama dengan kaum pria. Raden Ajeng Kartini lahir 21 April 1879 di Jepara Jawa Tengah. Saat itu, Sang Ayah adalah seorang Bupati Jepara yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibunya bernama M.A. Ngasirah putri dari Kiai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur Jepara.

Semasa hidupnya, R.A. Kartini hidup dalam lingkungan keluarga bangsawan. Akan tetapi, ketika beranjak remaja, R.A. Kartini menemukan banyak kejanggalan tentang dirinya dan kaum wanita yang lain, yang tidak sesuai dengan hati nuraninya.

Raden Ajeng Kartini melihat sebuah kondisi yang dianggapnya melanggar nilai-nilai kemanusiaan. R.A. Kartini menganggap bahwa perempuan pada zamannya hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Salah satu hal yang membuatnya merasa ingin berontak terhadap norma yang berlaku adalah ketika dia hanya diperbolehkan untuk mengenyam pendidikan hanya sampai tingkat SD. Karena tidak ada gunanya bersekolah tinggi karena akhirnya para perempuan itu hanya akan merawat anak, merawat suami, memasak di dapur, mencuci piring, dan semua pekerjaan rumah tangga lainnya. Bahkan pada saat itu, perempuan pada usia 12 tahun harus sudah dipingit, tidak boleh keluar rumah sendirian, tidak boleh bergaul dengan teman-temannya, tidak boleh bersekolah.

Perempuan juga dilarang bekerja menjadi amteenar (PNS) dan tidak boleh memilki cita-cita tinggi lainnya. Semua ketidakadilan itu membuat hati R.A. Kartini merasa sangat sedih. Ia lalu menulis surat kepada sahabatnya di negeri Belanda yang berisi kegelisahannya terhadap kondisi perempuan Indonesia. Ia menghendaki agar perempuan memiliki hak dan kewajiban yang setara/sama dengan kaum pria, tidak sekedar hanya sebagai pengurus rumah tangga.

Perjuangan Kartini tidak terhenti di situ saja, untuk mengangkat derajat kaum perempuan, beliau mendirikan banyak sekolah khusus perempuan, seperti: sekolah menjahit, menyulam, memasak, dll. Akan tetapi perjuangan Kartini harus terhenti, padatanggal 17 September 1904. R.A. Kartini meninggal dunia dalam usia 25 tahun berselang empat hari setelah melahirkan putra pertamanya.

Marilah kitan berdoa sejenak untuk mendoakan beliau agar senantiasa mendapat tempat yang baik di sisi Allah dan diampuni semua dosa-dosanya. Marilah kita membaca Al fatihah bersama-sama

Alfatihah ……

Selesai

Untuk itu anak-anakku semua, perjuangan Kartini harus diteruskan oleh kalian semua. Jangan malas, jangan manja, giatlah belajar, bersemangatlah mengikuti pelajaran, jangan lupa berdoa mohon restu dari orang tua agar cita-cita kalian tercapai. Bercita-citalah yang tinggi, berharaplah jadi anak yang selalu sukses masa depannya.

Demikian yang saya sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekeliruan dalam menyampaikan pidato ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makna yang harus kita ambil dalam peringatan ini adalah mencontoh sikap kepahlawanan R.A Kartini, mencontoh kerja keras beliau, mencontoh semangat belajar yang tinggi. Yang harus juga diperhatikan oleh anak-anak sekarang, meskipun kita kaum wanita sudah sederajat dengan kaum pria, kita harus tetap ingat bahwa kodrat kaum wanita tidak boleh semena-mena dalam bergaul dengan temannya, harus mengerti tentang tata krama, etika, sopan santun. Jangan menyimpang dari kodrat kita sebagai wanita. Harus tetap patuh dan taat kepada orang tua dan guru. Besok kalau sudah berkeluarga setinggi apapun jabatan kita sebagai wanita harus tetap hormat dan patuh terhadap suami, harus tetap mengurus suami, mengurus anak-anak, mendidik putra-putri kita.

Mudah-mudahan peringatan Hari Kartini saat ini menambah wawasan anak-anak tentang makna kepahlawanan, meningkatkan semangat pantang menyerah dalam meraih harapan dan cita-cita masa depan.

Kami akhri pesan-pesan ini, mohon maaf atas segala kekilafan dan kesalahan. Akhiru kata Wabilahitaufik walhidayah, wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

No comments for "Pidato tentang Memperingati Hari Kartini"